Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara merawat MB Borneo MH agar cepat bunyi

gambar murai batu borneo / kalimantan
Murai Batu Borneo (Kalimantan)

Onkicau.com - Secara fisik, sebetulnya burung Murai Batu Borneo / Kalimantan hampir sama dengan Murai Batu jenis lainnya. Perbedaannya terletak pada bulu ekornya, di mana bulu ekor Murai Batu Borneo cenderung pendek, lurus dan kaku.

Dan yang menjadi ciri khas dari Murai Batu Borneo adalah pada bagian bulu dadanya yang terlihat gembung ketika berkicau.

Baca juga: Mengenal beberapa jenis Murai Batu Borneo

Tips memilih bahan / bakalan Murai Batu (MB) Borneo:

Sebagian besar Murai Batu (MB) Borneo yang ada dipasaran merupakan burung muda hutan (MH), hasil tangkapan dari alam. Ada beberapa cara yang biasa dilakukan oleh para pemikat untuk mendapatkan burung ini dari hutan-hutan di Kalimantan.

Cara yang wajar adalah dengan membuat jebakan dari sangkar dengan meletakkan pakan sebagai umpan. Dan begitu burung Murai Batu liar masuk ke dalam kandang jebak untuk mengambil makanan, maka para tukang pikat dari kejauhan akan menarik tali sehingga pintu kandangnya akan tertutup.

Tapi ada juga cara penangkapan burung dengan menggunakan alat bantu seperti jaring dan getah / pulut. Bahkan ada juga yang memakai cara sadis, yaitu dengan menggunakan mata pancing yang tentu saja akan melukai bagian tenggorokan burung.

Bagi kita yang bukan pemikat, agak sulit untuk membedakan bagaimana burung Murai Batu tersebut diperoleh ketika sudah ada di lapak pedagang burung.

Kita tidak tahu persis, apakah burung Murai Batu tersebut hasil penjebakan wajar, pemikatan melalui jaring dan getah, atau hasil pancingan.

Ciri-ciri Murai Batu (MB) hasil jaringan/jebakan pulut:

Burung Murai Batu (MB) yang diperoleh melalui jaring atau getah / pulut bisa dikenali dari bulu-bulunya yang cenderung tidak rapi / rusak, bahkan ada juga beberapa bagian bulu yang hilang atau tercabut.

Meskipun terlihat berantakan, tapi tidak ada cacat fisik yang parah kecuali jika burung tersebut memiliki cacat fisik bawaan.

Baca juga: Keistimewaan Murai Batu kaki hitam dan paruh celah

Ciri-ciri Murai Batu (MB) hasil pancingan:

Burung Murai Batu (MB) yang diperoleh melalui cara pancingan justru memiliki bulu-bulu yang lebih rapi / utuh, karena saat tertangkap tidak terjadi kontak dengan bulu. Kontak hanya terjadi antara mata pancing dan paruh burung saja, serta berpotensi merusak bagian bawah tenggorokannya.

Jangan terkecoh dengan burung Murai Batu bakalan yang bulu-bulunya utuh, karena bisa jadi justru burung tersebut adalah hasil pancingan.

Murai Batu (MB) hasil tangkapan hutan cenderung sulit di ajari untuk ngevoer, dan kalaupun bisa akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Biasanaya para pedagang hanya memberikan ulat hongkong (UH) pada burung Murai Batu bakalan untuk mempertahankan hidupnya saat burung belum laku.

Jika memungkinkan, pilihlah Murai Batu (MB) yang sudah mau diberi campuran kroto dan voer halus (semi voer), agar lebih mudah dalam merawatnya di rumah.

Jika tidak memungkinkan, berarti kita harus melakukan perawatan ekstra untuk membiasakan burung Murai Batu bakalan tersebut agar mau makan voer.

Pilihlah Murai Batu Borneo bakalan yang tampak sehat, ditandai dengan nafsu makan yang rakus, kedua sayapnya mengapit rapat pada sisi samping tubuhnya sampai ke bagian paha, gerakannya lincah, matanya melotot dengan sorot mata yang tajam mengikuti arah gerakan kita (waspada).

Jangan memilih Murai Batu (MB) yang matanya terlihat sayu dan berair. Untuk suara cetrekannya, pilihlah yang padat dan keras.

Baca juga: Tips memilih Murai Batu Borneo yang prospek

Cara melatih bakalan Murai Batu (MB) Borneo untuk ngevoer:

Hal pertama yang harus kita lakukan dalam perawatan Murai Batu (MB) Borneo bakalan adalah melatihnya untuk ngevoer agar kemungkinan hidupnya lebih besar, serta untuk memudahkan perawatannya.

Berikut ini dua metode untuk melatih Murai Batu (MB) agar cepat ngvoer:

1. Campurkan voer halus dengan kroto, lalu dibasahi dengan sedikit air dan bagian atasnya ditaburi lagi dengan kroto.

Lakukan cara ini selama seminggu atau lebih dengan takaran voernya setiap hari ditambah dan campuran krotonya dikurangi sedikit demi sedikit sampai Murai Batu bakalan tersebut benar-benar mau makan voer polos tanpa campuran kroto.

2. Campurkan voer halus dengan ulat hongkong (UH) yang dipotong kecil-kecil, atau bisa juga dicampur dengan potongan perut jangkrik yang dipotong kecil-kecil.

Kemudian basahi voer dengan air dan bagian atasnya ditaburi kroto. Lakukan selama seminggu atau lebih dengan pola campuran yang sama dengan cara pertama sampai burung benar-benar mau mengkonsumsi voer total.

Meskipun Murai Batu Borneo bakalan sudah ngevoer total, extra fooding (EF) seperti jangkrik dan kroto harus tetap diberikan setiap harinya.

Setelah Murai Batu Borneo terbiasa makan voer halus, mulailah melatihnya untuk mengkonsumsi voer kasar. Caranya dengan mencampurkan voer halus dengan voer kasar dan sedikit demi sedikit campuran voer halusnya dikurangi sampai Murai Batu Borneo tersebut terbiasa mengkonsumsi voer kasar sepenuhnya.

Selama proses adaptasi, sebaiknya jangan meletakkan Murai Batu Borneo MH tersebut ditempat ramai atau banyak suara-suara burung lain yang keras untuk menghindari stress.

Oleh karena itulah, dianjurkan untuk selalu dikerodong (full kerodong) pada seminggu pertama sejak burung tiba di rumah.

Setelah seminggu dipelihara, kerodongnya bisa dibuka sedikit demi sedikit karena proses adaptasi bisa berlangsung sekitar 2 - 4 minggu tergantung perawatan dan juga kondisi burung itu sendiri.

Apabila proses adaptasi sudah selesai, sebaiknya jangan terburu-buru ingin mendengarkan suaranya, apalagi langsung ingin memasternya. Buatlah Murai Batu MH tersebut jinak terlebih dulu karena akan memudahkan dalam perawatan berikutnya.

Perawatan harian untuk Murai Batu Borneo MH agar cepat bunyi:

• Embunkan Murai Batu (MB) Borneo setiap hari jika cuaca cerah mulai jam 05:00 pagi.

• Pada jam 07:00 pagi burung dimandikan.

• Setelah selesai dimandikan, kemudian berikan extra fooding (EF).

• Kemudian jemur selama 1 - 2 jam dan sebaiknya voer serta air minumnya tetap diberikan agar burung Murai Batu (MB) tidak kelaparan dan dehidrasi.

• Setelah selesai dijemur, gantang kandangnya ditempat yang teduh dan tenang. Jangan pindah-pindah tempat gantangan dulu sampai burung rajin bunyi.

Setelah Murai Batu (MB) Borneo MH tersebut rajin bunyi, baru mulai pindah tempat gantangannya agar burung terbiasa berkicau dimanapun.

Settingan extra fooding (EF) untuk Murai Batu muda hutan:

• Berikan jangkrik 7/7 pagi/sore.

• Berikan ulat hongkong (UH) 3/3 pagi/sore.

• Berikan kroto segar dengan porsi 1 cepuk dua hari sekali.

• Cacing diberikan 1 minggu sekali sebanyak 2 ekor.

Baca juga: Settingan lomba untuk Murai Batu agar tampil maksimal

Demikian sedikit informasi tentang cara merawat Murai Batu (MB) Borneo bakalan agar cepat bunyi yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar Murai Batu (MB), dapat dibaca pada artikel On Kicau yang lain.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Video Murai Batu Borneo Gacor

Post a Comment for "Cara merawat MB Borneo MH agar cepat bunyi"