Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penyebab kematian pada Murai Batu bakalan / muda hutan (MH)

gambar burung murai batu bakalan sakit
Penyebab kematian pada Murai Batu bakalan / muda hutan

Onkicau.com - Murai Batu (MB) bakalan / muda hutan (MH) masih menjadi pilihan bagi para penggemar burung Murai Batu karena harganya jauh lebih murah dibanding Murai Batu yang sudah jadi (gacor). Karena alasan itulah yang membuat banyak para penggemar Murai Batu mengabaikan resikonya.

Permasalahan utama dalam merawat Murai Batu bakalan / muda hutan (MH) adalah resiko kematiannya yang sangat tinggi karena kita tidak tahu dengan cara apa burung Murai Batu tersebut ditangkap atau separah apa kondisi mental dan fisiknya ketika kita beli.

Baca juga: Perawatan yang tepat untuk Murai Batu muda hutan agar cepat bunyi

Berikut ini beberapa penyebab kematian pada Murai Batu bakalan hutan:

1. Murai Batu bakalan hasil pancingan

Ini adalah kasus yang paling banyak dijumpai pada Murai Batu bakalan tangkapan hutan, karena Murai Batu hasil pancingan hampir bisa dipastikan tidak akan dapat bertahan hidup lebih lama.

Oleh karena itu, jika kita berniat membeli Murai Batu bahan / bakalan hutan, usahakan membelinya ditempat penjual yang sudah kita kenal baik atau yang sudah terpercaya yang berani memberikan jaminan bahwa burung yang dijualnya bukan merupakan hasil pancingan.

Ciri-ciri Murai Batu bakalan hutan hasil pancingan:

- Murai Batu hasil pancingan cenderung tidak akan mengeluarkan suara ketrekan, hal itu dikarenakan adanya luka di tenggorokannya.

- Murai Batu hasil pancingan cenderung mengalami penurunan nafsu makan yang disebabkan karena pengaruh luka didalam rongga mulut atau tenggorokannya. Jadi hati-hati, sebaiknya jangan memilih Murai Batu bakalan yang tidak tertarik terhadap extra fooding (EF).

- Coba minta jangkrik kepada penjualnya untuk diberikan pada Murai Batu bakalan yang dijualnya, karena biasanya jika penjual tersebut mengetahui jika Murai Batu bakalan yang dijualnya adalah hasil pancingan maka dia tidak akan mengizinkan kita untuk memberikan pakan berupa jangkrik pada Murai Batu bakalan yang dijualnya.

Karena jika Murai Batu bakalan hasil pancingan diberikan jangkrik, maka jangkrik tersebut kemungkinan besar akan tersangkut pada mata kail yang masih tertinggal didalam tenggorokan burung Murai Batu tersebut dan akan mengakibatkan kematian saat itu juga.

Oleh karena itulah, rata-rata Murai Batu bakalan hutan hanya diberikan pakan berupa ulat hongkong (UH) agar dapat bertahan hidup lebih lama ditempat penjualnya.

Cara menangkap burung Murai Batu dengan menggunakan mata pancing dengan umpan berupa jangkrik banyak dilakukan didaerah Bengkulu, Jambi, dan Lampung. Artinya, Murai Batu yang berasal dari wilayah-wilayah tersebut banyak yang merupakan hasil pancingan.

Baca juga: Ciri-ciri Murai Batu Lampung yang asli

2. Kondisi kandang yang terlalu kotor

Murai Batu bakalan / muda hutan (MH) yang baru dibeli dan sedang di ajarkan untuk ngevoer biasanya oleh pemiliknya akan selalu dikerodong (full kerodong) dengan tujuan agar tidak stress.

Padahal kondisi tersebut sangat beresiko bagi burung Murai Batu bahan jika tidak sering dipantau. Sirkulasi udara yang kurang bersih didalam kandang yang dikerodong juga bisa menyebabkan Murai Batu terjangkit virus yang berasal dari kotorannya sendiri.

Kandang yang selalu dikerodong (full kerodong) juga bisa menyebabkan kita lupa untuk memantau kondisi air minumnya. Padagal burung Murai Batu yang sedang dalam proses pengevoeran memerlukan air minum bersih yang harus diganti setiap hari, sebab proses mengevoerkan Murai Batu bahan / bakalan akan membuat air minumnya cepat menjadi kotor karena sisa-sisa voer halus yang melekat pada paruh burung akan larut dalam air minumnya.

Jika air minumnya tidak rutin diganti setiap hari dapat terjangkit bakteri yang bisa menyebabkan Murai Batu bakalan menjadi sakit.

Jadi, untuk meminimalisir resiko kematian pada Murai Batu bahan / bakalan hutan, sebaiknya jagalah kebersihan kandang dan air minumnya selama proses pengevoeran.

Baca juga: Cara melatih Murai Batu bakalan / muda hutan agar cepat ngevoer

3. Kotoran yang melekat pada duburnya

Murai Batu bakalan / muda hutan (MH) sering mengeluarkan kotoran berupa cairan yang pekat dan lengket. Kotoran tersebut sering sekali melekat dan mengering pada bulu-bulu halus disekitar duburnya dan lama-kelamaan bisa menyumbat saluran pembuangannya. Hal itu akan menyebabkan Murai Batu tidak bisa buang kotoran sehingga dapat mengakibatkan kematian.

Solusinya, tangkap Murai Batu bakalan tersebut lalu bersihkan bagian duburnya dari kotoran yang melekat dengan cara membasuhnya dengan air.

Jika kotorannya sulit dibersihkan karena sudah mengeras, kita bisa memotong bulu-bulu disekitar duburnya menggunakan gunting secara hati-hati agar tidak melukai bagian kulitnya.

4. Cuaca ekstrim / musim pancaroba

Kondisi cuaca yang tidak menentu, sebentar panas dan sebentar hujan akan menyebabkan perubahan suhu yang ekstrim yang dapat menyebabkan burung Murai Batu menjadi sakit yang ditandai bulu-bulunya selalu nyekukruk dan lesu.

Itu artinya Murai Batu tersebut belum dapat beradaptasi dengan perubahan cuaca ekstrim di lingkungan barunya, dan jika tidak segera ditangani maka bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan kematian.

Solusinya, jika kondisi cuaca sedang tidak menentu, usahakan untuk menempatkan burung Murai Batu diruangan yang hangat atau bisa juga menggunakan penerangan dari bolam lampu untuk membuat suhu menjadi lebih hangat dan stabil.

Baca juga: Cara mengatasi Murai Batu sakit dan tidak mau makan

Demikian sedikit informasi tentang penyebab kematian pada Murai Batu bakalan / muda hutan yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Untuk informasi lain seputar burung Murai Batu (MB), dapat dibaca pada artikel On Kicau yang lain.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Post a Comment for "Penyebab kematian pada Murai Batu bakalan / muda hutan (MH)"